Rabu, 04 Maret 2009

Cuaca tak lagi bersahabat

0 komentar
Capung capung terbang semakin rendah. Awan gelap datang menyelimuti langit. Itu adalah tanda tanda hujan yang semakin nampak. Tetesan demi tetesan jatuh satu persatu. Akhirnya hujan itu mengguyur rumahku. Makin lama makin deras , makin lama makin lebat , dan makin lama makin kencang.

Maenurut perhitungan cuaca , sekarang waktunya musim kemarau. Berbeda dengan hari hari yang kemarin , sekarang hujan turun sangat deras. padahal kemarin matahari begitu terik dan udara begitu panas.

Apakah perhitungan telah berubah?

Tak disangka sangka bahwa isu itu telah datang , isu itu jadi nyata. Ternyata benar , isu tentang ke tidak teraturan cuaca itu jadi nyata . bujkan sebuah kebetulan bahwa global warming berbuah kepahitan. Salah satunya adalah perubahan cuaca yang tidak teratur.

Apakah ada orang yang mau merasakan kesuraman global warming?

Namun , bagi sebagian petani Indonesia mereka harus pasrah menerimanya karena tidak ada yang bias memilih takdir.

Ketidak teraturan cuaca bagaikan api besar yang menghabiskan seluruh sawah mereka. Bagaimana tidak? Ketidak teraturan cuaca membuat mereka bingung bukan main.
“kapan saya harus menanam? Kapan saya harus memanen?”

Tak jarang setelah mereka menanam , hujan yang diiringi banjir singgah di sawah mereka. Akibatnya , sawah mereka rusak dan kerugian mereka tanggung. Saat musim kemarau , suhu bertambah tinggi karena disebabkan oleh global warming dan berdampak buruk bagi sawah sawah mereka. Lalu sawah sawah mereka mati kekeringan.

Sesuai dengan yang tercatat dalam catatan departemen pertanian , pada musim hujan ditahun 2003 sebanyak 42 ribu hektar sawah di Indonesia habis ditenggelami banjir. Di tahun yang sama , terjadi kemarau yang tank kunjung usai hingga dpat mengeringkan area sawah seluas 21.705 hektar.

Melihat kondisi pasokan beras yang semakin terkuras , pemerintah Indonesia memiliki siasat lain. Karena merasa kekurangan pasokan beras , akhirnya mereka memutuskan untuk mengimpor beras dari luar negri. Akibatnya , beras yang dijual kepasaran adalah beras impor yang harganya cukup memberatkan bagi sebagian masyarakat menengah ke bawah. Karena beras local semakin sedikit jumlahnya , beras lokal pun ikut ikutan naik harga.

Tak hanya petani yang merasakan pahitnya global warming , tetapi Indonesia lama kelamaan akan mengalami krisis ekonomi .

Sebuah isu global…

Comments

0 comments to "Cuaca tak lagi bersahabat"

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com